Tuesday, May 31, 2005

Pemakaian kata 'sekedar' yang berbahaya

Pernah dengar, mulutmu harimaumu? Ya, memang kata adalah madu dan empedu, tergantung tangan (hanya bibir sebagai pembuktian lidah itu tak bertulang, atau kata ‘hati’) mana yang digunakan. Ada apa dengan kata, frase, kalimat, sampai-sampai orang begitu takut terhadapnya? Kata memang sangat luar biasa, sampai-sampai kutahu ada seseorang yang mematikan shoutboxnya hanya utk mencegah terror yang mulai menyebar terhadap orang-orang yang disayanginya. Walau hanya secara maya, tapi terlihat sekali betapa kata-kata mengganggu si peneror itu. Carpediem, haha..perdebatan yang seru, tapi boleh juga digunakan untuk hal yang satu ini. Toh menurutku manusia atau tidak, bisa jadi diukur dari kata-katanya. Dan tentu, bagaimana ia menepatinya.

Kata fauzan, ada orang yang bilang "oh, sekedar lumpuh ya dia?" hanya karena urusan berita. Tapi bahagia, karna aku berada di sekitar orang yang berkata 'sekedar' untuk cacatnya sendiri.

Monday, May 23, 2005

Menukar ingatan dengan maaf

Teman, untuk semua jasa baik dan kasih yang kau limpahkan, aku berterima kasih. Untuk semua guratan perih yang kau beri, sengaja ataupun tidak, aku pun berterima kasih. Karena kau telah menyadarkanku, bahwa seorang manusia tidak bisa menggantungkan kebahagiaannya pada orang lain. Kau telah membuka mata dan membuatku belajar, bahwa kepercayaan hanya datang sekali saja. Dan tentu setelah celaka akan ada degradatif sampai tuntas, tandas. Kau harus ingat, bahwa apa yang kuhapus, sama imbangnya dengan lebam yang ada padaku. Bukannya aku hendak melupakanmu, tetapi aku menyadari pentingnya kata maaf. Bukan hanya di mulut, tapi juga di hati dan fikir.

Closing book

Aku punya sahabat sejak SMP, sampai sekarang atau tepatnya sebulan yang lalu, kita masih saling mengisi dengan plus minus masing-masing. Hanya satu yang kurang dari persahabatan kami, yaitu komunikasi. Dia melihat aku yang sangat prinsipil sebagai seorang yang tidak mau mengerti seinci garis yang melenceng. Sedangkan aku melihatnya sebagai orang yang tidak bisa memegang kata-kata. Sering sekali terjadi bentrok, terutama tahun terakhir ini karena dia tidak menepati janjinya untuk hadir di event-event (ini jamak, bukan tunggal) terpenting hidupku. Dan itu pun tanpa pemberitahuan sedikit pun sebelumnya. Tapi ya namanya sahabat, masih bisa aku terima semua kekecewaan itu. Hanya satu yang membuatku sangat jengkel saat ini. Dia lebih memilih dekat dengan orang yang baru dikenalnya sekitar satu tahun, daripada aku. Tapi tunggu dulu, dengan keadaan yang tidak imbang sama sekali. Orang yang dekat dengannya itu adalah orang yang mengkhianati aku sebanyak lebih dari 3 kali. Dan tentu, sahabatku ini bersembunyi dalam topeng netral dengan ayat-ayat sucinya. Good luck, mate…tidak pernah tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya.

Pain III

Jangan kau hitung dari hari, minggu dan bulan!
Jangan kau hitung dari waktu dan masa!
Jangan kau hitung dari kuantitas!

Lalu bagaimana dengan senyum yang terserak sepanjang kisah kita? Literan tangis yang mengaca, menitik, hingga menghujan? Dekapan hangat kasih dan dekapan birahi? Kecup di kening, bibir, jenjang leher, dan seluruh inci kulit? Kebodohan, kekesalan, kemarahan, kesedihan, hingga maaf yang tak hanya keluar dari mulut? Ah, aku tak bisa tak menghitungnya…

Pain II

Lupakah? Pada senyum dan tawa di tepi pantai? Pada imaji indah yang kau tangkap, tak lain adalah cinta di mataku? Pada lelah betis dan terik menyengat sepanjang poppies street? Pada senggama luar biasa pada malam-malam dingin itu? Pada peluh yang membanjir dan tiada datangkan tengik sekalipun? Pada kaki tangan silang menyilang di bawah selimut khawatir? Pada janji yang tak perlu diucap itu? Pada sendja yang hanya milikmu?

Pain I

Jangan kau sia-siakan hati dia yang berserah setia jiwa raga. Jangan kau ambangkan rasa yang luar biasa menjadi bungkus kacang rebus. Jangan kau campakkan bagai koran bekas yang sudah lewat seminggu lalu. Jangan kau lukai aku, karena aku sesungguhnya ada dalam kau.

Friday, May 20, 2005

terikat aksara...

Aku baru menemukan kehebatan aksara. Betapa satu dan lainnya saling berkaitan, dan bahkan menjadi inspirasi untuk lainnya. Seperti puisi-puisi yang dibuat hujan renikku, entah kenapa aku begitu terhanyut dan terpanggil untuk menjawabnya.

Aku Yang Dulu, Mendekatlah

waktu begitu sombong berputar, memulainya dari hitungan detik menuju menit, jam, hari, bulan dan tahun. aku masih seperti aku yang dulu. maka mendekatlah, jangan pernah menjauh. cintaku masih sama seperti dulu. atau kau sudah bosan dengan ku ?!

[cintaku pun sama, tak berubah seperti kulit muka yang kian mengerut, dengan bercak kecoklatan yang berlaku layaknya jam pasir bagiku. cintaku pun sama, karna hanya waktu yang bergerak linier dan bukan diriku. cintaku pun sama, masih belum diwarnai bosan pun enggan, hanya saja jarak tak bisa lagi kulipat, karna ragaku telah renta. tulangku keropos sebelum waktunya, sehingga cintaku pun sama tak sanggup lagi ditopang kedua kaki ringkih ini.]


Sepi Membunuh ku...

Aku masih saja berdiri diam disini, hanya ditemani parau suara jangkrik liar yang bersembunyi pada lapuk akar pohon yang berbaris. Ada suara gesekan ranting merayap pelan sesekali gemuruh petir menyambutnya. Gelapnya malam pun terasa menikam ku perlahan, membunuh ku dengan lemah gemulai...

[Disini riuh dan gempita yang menelanku bulat-bulat. Kukira aku kan terlena dengan mewah yang disorongkan sendok emas, tapi aku keliru. Bahwa alam yang mengikatmu begitu mesra, adalah sutra dan berlian yang mengalir dalam darahku. Pembawaan leluhurku yang tak lebih dari kesombongan belaka.]

Terlalu banyak puisi untuk kutulis ulang, kan kulanjutkan lain kali.

Thursday, May 19, 2005

tuan = tycoon (??)

Kita adalah tuan atas jiwa kita sendiri; selama kita mampu mengontrol suasana hati dan emosi. Mampu menyadari seribu satu pintu rahasia dengan mana faktor-faktor tak sadar menyusup masuk ke dalam perbuatan dan keputusannya. Dasar manusia yang tidak tahu diri. Dengan akal yang begitu hebatnya, membuat jalan alternatif sebagai manusia berjiwa tikus. Boleh jadi suasana hati dilepaskan dari belenggu rantai, tinggi dalam amarah dan juga hasrat duniawi. Tapi masih mampukah kita mengontrol perilaku? Tentu Carl Gustav Jung tidak sembarangan mengeluarkan proposisi itu. Hanya saja kita penerusnya terlalu pintar, dan semakin bobrok moralnya. Jangan bicara moral, di sini tak lebih berdaya jual dari sandal jepit bekas pakai. Ikuti selera pasar kalau mau laku, kawan.

Wednesday, May 18, 2005

Liniernya waktu

Mendekati pertengahan tahun, bulan Juni tepatnya, aku selalu bersemangat dan sedikit cemas. Semoga transformasi diri kali menuju arah yang lebih baik lagi, karena waktu masih linier di mata semua orang.

Tuesday, May 17, 2005

Good start

Seribu empat ratus sembilan puluh enam halaman jawa kuna untuk ditelaah lebih lanjut, disertai bacaan ringan mengenai seni mencinta, dan dua kotak brownies untuk menambal nafsu makan. Fasilitas hebat yang kudapatkan dari kuliah sekarang. Thank you, guys!

Saturday, May 14, 2005

scratch in my head

Kuanggap semua agama dan kepercayaan hanyalah titik stasiun yang berbeda. Dengan satu tujuan yang sama. Tidak ada satupun yang salah, karena siapakah kita manusia yang berhak tentukan benar atau salah (ini kujadikan pasal satu ayat satu aturan hidupku). Ritual tidak pernah terbebas dari sejarah, toh hal itu juga yang membuat kenyamanan masih melekat kental dalam darah ini. Aku bahkan tidak menganggap berganti stasiun adalah salah (kembali ke pasal satu ayat satu). Semua hanya kedok belaka bagi para fanatik yang menjunjung agamaisme. Mereka hanya tidak ingin kehilangan pengikutnya. Nanti setelah kuukur manfaat dan mudaratnya, jarak terdekat dan terjauhnya, akan kupilih satu stasiun akhir. Yang pasti dengan titik keberangkatanku itu, aku percaya bahwa aku akan menjadi manusia yang lebih baik. Manusia yang lebih dekat dengan taala-nya. Sebut aku menghujat agama, dan aku bahkan takkan buang waktu tuk perduli. Karena agama adalah setitik debu, bila dibandingkan iman dan pencipta semesta ini.

L.O.V.E

Aku ini apa adanya dan begitu pula ia. Waktu dan alur yang pas, jadilah kita saling mencintai. Lalu datanglah si penemu kata cinta, amore dan amaris. Menyuruhku memakai kaca pembesar, bukannya kacamata kuda. Siapa aku yang seenak jidat mengubah definisi kata cinta. Buka mata, telinga, dan hatimu, kawan! Cinta itu tidak ber-capela, cinta itu menyatu, melebur dan bukan persetubuhan belaka! Bahkan cinta menjadikanmu manusia yang lebih baik. Karena sungguh, aku tidak percaya ada dua manusia yang begitu click satu sama lain, tanpa harus beradaptasi. Tersebutlah mereka maria dan yosef, adam dan hawa kalau begitu.

Siklus yang bulat sempurna

Pandainya menasehati orang. Sungguh aku ini lebih bodoh, bahkan dari keledai buridan. Selalu jatuh dalam sikap dan laku yang sama. Begitu mudah menyayangi, mempercayai, dilukai, dan bersumpah lagi untuk tidak menjalani siklus tersebut. Tapi ya itu tadi, sungguh lebih bodoh dari keledai buridan.

Friday, May 13, 2005

Mr. Lost Your Chance

Ada lirik lagu yang sangat menarik, dinyanyikan The Killers, berjudul Mr. Brightside
---
Coming out of my cage
And I've been doing just fine
Gotta gotta be down
Because I want it all

It started out with a kiss
How did it end up like this?
It was only a kiss
It was only a kiss

Now I'm falling asleep
And she's calling a cab
While he's having a smoke
And she's taking a drag

Now they're going to bed
And my stomach is sick
And its all in my head
But she's touching his chest now
He takes off her dress now
Let me go

And I just can't look its killing me
And taking control
Jealousy turning saints into the sea
Swimming through sick lullabye
Choking on your alibis

But its just the price I pay
Destiny is calling me
Open up my eager eyes'
Cos I'm Mr Brightside

(Twice, then...)I never, I never, I never, I never"
---
Entah itu cinta atau ego. Lepas dari kerudung idealis, jadilah realis. Cinta tidak harus memiliki, ah benar-benar suatu pembelaan atas rendahnya resistensi. Yang pasti, kesempatan hanya datang sekali dalam pertandingan yang adil. Jadi, belajarlah menerima kenyataan. Hidup kan tidak selalu berpusat pada seseorang. Tuhan adalah penonton yang tak memihak, bung..

Bintang bersegi delapan

Aku mencoba tuk memelihara kesederhanaan hidupku. Termasuk di dalamnya pola pikir, cara pandang, dan bagaimana berinteraksi dengan yang lain. Aku selalu menganggap bahwa penyataan berikut adalah benar ‘bersikaplah kepada orang lain, sama seperti apa yang kamu harapkan mereka bersikap kepadamu’. Itulah apa yang aku patronkan sebagai neraca keseimbangan hidupku. Tapi ternyata salah, terkadang masing-masing alur diciptakan indah dalam ketidakteraturan mereka. Jujur bahwa adalah sulit dan bahkan menakutkan untuk melangkah keluar dari lingkaran pemahaman. Karena lingkaran itu yang membuat kita menjadi tirani yang buta, si macan kandang, dan penguasa mutlak dari hukum ‘setempat’ yang tercipta. Mereka yang masuk ke dalamnya dan berbuat tidak sesuai adalah salah. Padahal kita, manusia yang tak terlepas dari kesalahan, dan mungkin tidak semua harus dipahami, melainkan dimengerti.

I know someday you'll have a beautiful life, I know you'll be a star in somebody else's sky, but why can't it be, why can't it be mine…

Bintang yang paling terang dalam langitku hanyalah satu, dan yang lain akan menambah indahnya tudung malamku, walau tak harus menjadi bintang.

Thursday, May 12, 2005

The river of mine

Lucu juga rasanya, seperti hidup mengambang. Bukan apa yang terjadi besok yang penting, tapi apa yang sedang terjadi yang lebih berharga. Rencana kecil, besar; rencana jangka pendek, menengah dan panjang. Kapan rencana untuk hukum absolut yang menaungi semua kehidupan? Kita tidak akan pernah tahu, jadi biarkan saja semua mengalir begitu deras dalam keterbatasan arus tenang.

What a taste

Entah ini anugerah ataukah petaka..
Aku selalu jatuh cinta pada pria cerdas!

Wednesday, May 11, 2005

Less desire

Saat semua sudah tercapai dan yang tak tercapai sudah direlakan, apalah arti hidup seorang manusia. Hidupku jauh dari ambisi, yang sikut-menyikut, menginjak kaki dan bahkan mungkin mengorbankan kepala orang lain. Dahulu aku berbeda, kupikir hidup sesederhana neraca, tapi rupanya tidak. Hidup bahkan jauh lebih sederhana dari itu. Jadi sudah lama kutinggalkan mimpi yang mirip sinetron indonesia itu, materi bisa jadi nomer terakhir untukku sekarang.

Curiosity sudah terpangkas habis. Rupanya dibutuhkan 2500 perak untuk memacu dia yang bercokol di dada. Dengan memaksakan kecepatan 140km/hours pada daya 1300 cc, melintas cepat kala gelap malam nyaris terusir lampu-lampu jalanan. Hei, masih ada yang berbisik! Mungkin belum seanomi itu...

Tuesday, May 10, 2005

Regrets

Hari ini seharusnya indah bila tidak ada kesalahan mekanisme. Di luar hujan lebat saat aku mulai mengurai zat-zat tak penting di otakku. Lalu aku berbuat salah, dengan sikap dan laku, tidak lupa tutur kata. Mungkin tadi aku lupa, semua ada di otak dan bukan limpa. Teori yang paling dominan pada saat sekarang adalah bahwa lokus suasana hati ada di otak, dan zat-zat yang terlibat dalam fluktuasi suasana hati, serta berbagai keadaan seperti depresi kronis dan mania, adalah zat-zat kimia yang dinamakan amine biogenik, yang juga dikenal sebagai neurontransmiter. Jadi maafkan otakku yang tadi agak korslet yah, sayang. Ini hari kita, dan aku sungguh tak ingin merusaknya. Terima kasih untuk hari ini, kau sudah begitu sempurna.

Monday, May 09, 2005

Brain wash

Di sela kebingungan mencerna dua bahasa yang saling bersisipan di mata kuliah organizational dynamics, ada kalimat yang sangat menarik. Orang suka melakukan hal yang mereka ketahui, karena hal itu aman untuk mereka. Berbicara soal keamanan, mungkin dapat disubstitusi dengan kata jaminan. Ya, jaminan keamanan...lalu bagaimana dengan ritual/tradisi yang telah mendarah daging. Pun dengan neuron yang mencipta bujur sangkar dan bukan persegi panjang. Mungkin brain wash bukan suatu hal yang mengerikan lagi. Ada yang tahu prakteknya di Jakarta?

Saturday, May 07, 2005

History

Sungguh aku baru tahu,
sedari awal kita telah didoktrin.
Bahwa history dan bukan herstory,
muncul karena pemujaan terhadap lelaki.

Friday, May 06, 2005

Jualan air mata

Terdampar di restoran menado dengan perut yang kelaparan, sambil menunggu kami disuguhkan tayangan yang menarik rasa iba. Bukan menarik mata, karena jelas selera makan menyurut drastis saat melihat scene-scene penguras air mata itu. Judul acaranya LUNAS, pengkonsep tentu the Yahya's..hm, who else? =p anyway...konsep acaranya adalah mereka melunasi hutang orang tersebut. Yang tentu kali ini tidak dipilih secara acak, melalui seleksi yang sepertinya adalah kelas ekonomi bawah (kalau perlu yang udah tiarap malah di lantai, dan lebih baik lagi bila ada yang sakit anggota keluarganya). Hm, entah kelamaan bergaul sama sayap mana waktu kerja di trans dulu, tapi sumpah..gak tahan banget aku sama hal-hal begini. Nunjukin mental bangsa Indonesia yang semakin primitif..

Kenapa primitif? Karena di Indonesia, idealisme masih tidak bisa menghasilkan uang. Mereka tidak dihargai lebih dari cangkul kapitalisme dipuja-puja. Beberapa orang yang kutahu bekerja di stasiun TV, ingin sekali bekerja dan bukan sekedar berkarya. Atau kalau boleh, ya dua-duanya. Intinya, nurani sering sekali melompat keluar raga saat mereka harus membuat tayangan 'sinetron' itu. Ah, tapi mau bilang apa, jualan air mata, kekerasan dan seks memang paling tinggi saat ini.

Balik lagi ke acara LUNAS, yang buatku paling 'mengintimidasi' adalah saat mereka diminta menunjukkan secara nyata apa saja yang mereka punya untuk melunasi hutang tersebut. Jadi dikeluarkanlah uang 75 ribu dari bawah kasur, sofa usang berdebu, piring2 dari bak cucian dan bahkan panci2 yang tersisa. Luar biasa bagaimana ide mengalir lancar untuk menjadikan mereka bawang putih bagi mata para pemirsa...salut pada kalian, konseptor dan produser!!Provociat!

Thursday, May 05, 2005

Sh*t, it's not plain...

Grafik hidup sedang menurun, tapi tabel emosi menunjukkan angka yang amat tinggi. Tidak banyak yang bisa kutoreh, karena sedang sibuk berlarian dengan jantung yang berdegup kencang karena khawatir.

Wednesday, May 04, 2005

In between

Andaikata aku bisa menulis yang sama, betapa kelembutannya mempengaruhi hidupku dan membentukku menjadi pribadi yang luar biasa. Andaikata aku bisa berkata yang sama, betapa aku mencintainya, karena aku terlahir darinya.

Keberadaanmu, sayang..mengobati segalanya. Aishiteru...

Sunday, May 01, 2005

Percakapan 18B ke A

Hari ini kau bilang sesuatu padaku. Allah tidak perlu dibela. Aku memang tidak salah pilih, tentu detik itu sebaiknya dibekukan saja. Saat mata mengerling padamu dan oksigen masuk melalui nafasku. Menciptakan hebat satu dua dan voila, otak mengirimkan sinyal yang tak henti sampai hati luluh lantak. Kau memang cerdas, jadi batalkan saja kalimat, "Aku ini pria sederhana yang bodoh.", kau telah penjarakan aku dalam hadap dinding putih dikelilingi atmosfer hitam kalau begitu, sungguh bahagia dalam kesederhanaan.